Secara bahasa Tasawuf berasal dari kata saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani,
hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy
mengatakan:
التَّسَوُّفُ هُوَ
عِلْمٌ يَعْرَفُ بِهِ اَحْوَالَ النَّفْسِ مَحْمُوْدُهَا وَمَذْمُوْمُهَا
وَكَيْفِيَةُ تَطْهِيْرِهَا مِنْ الْمَذْمُوْمِ مِنْهَا وَتَحْلِيَتُهَا
بِاْلاِتْصَافِ بِمَحْمُوْدِهَا وَكَيْفِيَةُ السُّلُوْكِ وَالسَّيِرِ اِلَى الله
تَعَالَى وَالْنِرَارُ اِلَيْهِ
Artinya: Tashawuf adalah suatu ilmu yang
dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara
membersihkan diri yang buruk dan mengisinya dengan yang terpuji, cara melakukan
suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju
kepada (perintah-Nya).
Menurut
As-Suhrawardy mengemukakah pendapat Ma’ruf Al-Karakhy, Tasawuf adalah mencari
hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk (kesenangan
duniawi).
Pendapat yang paling sederhana tentang devinisi tasawuf yang dibuat
oleh Ibnu Ajibah, yaitu; kesungguhan tawajjuh (ibadah) kepada Allah
dengan melaksanakan amalan yang di ridhai dan yang diingini-Nya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang
merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi,
berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya,
dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
Konsep Pemaduan
Tasawuf juga bagian dari syari’at, yang merupakan wujud dari ihsan,
salah satu dari tiga kerangka Islam. Oleh karena itu, perilaku sufi harus harus
tetap berada di dalamnya. Tasawuf dalam manifestasi Ihsan, merupakan
penghayatan terhadap agama yang dapat menawarkan pembebasan spiritual yang
kemudian mengajak manusia mengenal dirinya sendiri hingga akhirnya mengenal
Tuhan.
Lahirnya Tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam diawali dari
ketidakpuasan terhadap praktik ajaran Islam yang cenderung formalisme dan
legalisme. Selain itu, tasawuf juga sebagai kritik terhadap ketimpangan sosial,
politik, moral, dan ekonomi yang dilakukan oleh umat Islam khususnya para
penguasa pada saat itu. Pada saat itu tampilah tokoh yang memberikan solusi
dengan ajaran tasawufnya. Solusi tersebut berupa pembenahan dan transformasi
tindakan fisik menuju tindakan batin.
Mengenahi perpaduan materialisme dan spiritualisme, diakui atu tidak,
pandangan masyarakat modern cenderung mengagungkan kebendaan. Nilai kebahagiaan
diukur dari sisi materi belaka. Nilai-nilai spiritualisme menjadi bergeser dan
luntur. Akan tetapi, pandangan materialism seperti ini telah mengalami
keterpurukan di dunia barat. Pada dewasa ini, pandangan ini semakin dijahui
para pengikutnya. Islam memandangan bahwa konsep kebahagiaan bukan terletak
pada sisi materi belaka, tetapi pada persenyawaan antara lahir dan batin, dunia
dan akhirat.
Dewasa ini banyak manusia yang lalai dan berpedoman pada pandangan
materialisme. Islam mengecam pandangan ini dan menganjurkan pandangan
spiritualisme untuk mencapai kebahagiaan abadi, tanpa mengabaikan kebahagiaan
duniawi. Dengan demikian Islam merupakan konsep yang moderat.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan bijak dan bahasa yang santun. NO SARA !