Kata burhani diambil
dari bahasa Arab, al-burhan yang berarti argumentasi yang kuat dan
jelas. Sedangkan kata yang memiliki makna sama dengan al-burhan dalam bahasa Inggris adalah demonstration. Arti
dari kata demonstration adalah berfikir sesuai dengan alur tertentu atau
penalaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pengetahuan
demonstratif merupakan pengetahuan yang integratif, sistemik, dan sistematis.
Ciri daripada pengetahuan demonstratif ada tiga. Pertama, pokok
bahasannya jelas dan pasti. Kedua, universal dan tidak partikular. Ketiga,
memiliki peristilahan teknis tertentu.
Menurut Abid al-Jabiri,
burhan dalam logika adalah aktivitas intelektual untuk membuktikan kebenaran
suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi. Sedangkan dalam pengertian
umum, burhan merupakan semua aktivitas intelektual untuk membuktikan kebenaran
suatu proposisi. Istilah burhani juga dipakai dalam pengertian yang cukup
beragam. Beberapa di antaranya; (1) cara atau jenis argumentasi; (2) argumen
itu sendiri; (3) bukti yang terlihat dari suatu argumen yang menyakinkan.
Dalam bahasa lain,
metode burhani atau demonstratif merupakan sebentuk inferensi rasional, yaitu
penggalian premis-premis yang menghasilkan konklusi yang bernilai. Metode
burhani atau demonstratif ini berasal dari filosof terkenal Yunani, yaitu
Aristetoles. Apa yang dimaksudkan oleh Aristetoles dengan metode demonstratif
ini adalah silogisme ilmiah, yaitu silogisme yang apabila seseorang
memilikinya, maka orang tersebut akan memiliki pengetahuan. Menurut
Aristetoles, silogisme merupakan seperangkat metode berfikir yang dengan
silogisme tersebut, seseorang dapat menyimpulkan pengetahuan baru yang
diperolehnya dari pengetahuan-pengetahuan sebelumnya.
Metode burhani pada
dasarnya merupakan logika, atau metode penalaran rasional yang digunakan untuk
menguji kebenaran dan kekeliruan dari suatu pernyataan atau teori ilmiah dan
filosofis dengan memerhatikan keabsahan dan akurasi pengambilan sebuah
kesimpulan ilmiah.
Tidak semua silogisme
dapat disebut denga burhani atau demonstratif. Sebuah silogisme baru dikatakan
sebagai demonstratif apabila premis-premisnya didasarkan bukan pada opini,
melainkan didasarkan pada kebenaran yang telah teruji atau didasarkan kepada
kebenaran utama. Ditinjau dari perspektif metodologi, burhani menggunakan
logika (al-maqayis) sebagai metodologi.
Sementara dalam
pandangan filosof al-Farabi, metode al-burhaniyah (demonstrasi)
merupakan metodologi yang super canggih dibandingkan dengan
metodologi-metodologi lainnya, seperti metodologi dialektika (jadaliyah),
dan metodologi retorika (khatabbiyah). Jika metode retorika dan
dialektika dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum, hal ini tidak berlaku bagi
metode burhani. Burhani hanya mampu dikonsumsi oleh orang-orang tertentu.
Ilmu-ilmu yang muncul
dari tradisi burhani disebut al-‘Ilm al-Husuli, yakni ilmu yang
dikonsep, disusun, dan disistematiskan hanya melalui premis-premis logika.
Metode burhani ini biasa digunakan dan dijumpai dalam filsafat paripatetik yang
secara eksklusif mengandalkan deduksi rasional dengan menggunakan silogisme
yang terdiri dari premis-premis dan konklusi. Metode ini dikembangkan oleh
al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Berbeda dengan
epistemologi bayani, epistemologi burhani menempatkan akal dalam otoritas
kebenaran. Jika dalam epistemologi bayani setiap proses pemikiran pasti
berangkat dari teks menuju makna, pada epistemologi burhani justru sebaliknya,
yaitu makna lebih dulu lahir dari kata-kata.
Maksud epistemologi
Burhani adalah, bahwa untuk mengukur benar atau tidaknya sesuatu adalah dengan
berdasarkan komponen kemampuan alamiyah manusia berupa pengalaman dan akal
tanpa dasar teks wahyu suci, yang memunculkan peripatik. Maka sumber pengetahuan
dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris; alam, sosial, dan humanities.
Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil
eksperimen, baik di laboratorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat
sosial maupun alam. Corak berfikir yang digunakan adalah induktif, yakni
generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan bijak dan bahasa yang santun. NO SARA !