Catatan dari orang kecil

support

16 Feb 2016

Model Berfikir Irfani

‘Irfan dalam bahasa Arab semakna dengan ma’rifah yang diartikan dengan al-‘ilm. Di kalangan sufi, kata ‘irfan dipergunakan untuk menunjukkan jenis pengetahuan yang tertinggi, yang dihadirkan ke dalam qalb dengan cara kasyf atau ilham. Di kalangan kaum sufi sendiri, ma’rifah diartikan sebagai pengetahuan langsung tentang Tuhan berdasarkan atas wahyu atau petunjuk Tuhan.
Dalam konteks pemaknaan terhadap ma’rifah, klasifikasi pengetahuan yang dilakukan oleh Dzu al-Nun al-Mishri menempatkan ma’rifah sebagai salah satu jenis pengetahuan khusus di kalangan sufi. Pengetahuan jenis ini, dalam pandangan Dzu al-Nun, yang disebut pengetahuan hakiki. Dzu al-Nun membagi pengetahuan kepada tiga jenis yakni; (1) pengetahuan orang awam yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa dengan perantaraan ucapan syahadat, (2) pengetahuan ulama yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa menurut logika akal, dan (3) pengetahuan para sufi yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa dengan perantaraan hati nurani. Pengetahuan jenis pertama dan kedua baru tahap ilmu, sedangkan pengetahuan ketiga adalah pengetahuan hakiki, yaitu ma’rifat.

nging-berpikir

Irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi (kasf/ilham). Dari irfani muncul illuminasi. Prosedur penelitian irfaniah berdasarkan literatur tasawuf, secara garis besar langkah-langkah penelitian irfaniah sebagai berikut:
a. Takhliyah : pada tahap ini, peneliti mengkosongkan (tajarrud) perhatiannya dari makhluk dan memusatkan perhatian kepada (tawjih).
b. Tahliyah : pada tahap ini, peneliti memperbanyak amal sholeh dan melazimkan hubungan dengan al-Khaliq lewat ritus-ritus tertentu.
c. Tahliyah : pada tahap ini, peneliti menemukan jawaban batiniah terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Paradigma irfaniyah juga mengenal teknik-teknik yang khusus. Ada tiga teknik penelitian irfaniyah :
a. Riyadah : rangkaian latihan dan ritus dengan penahapan dan prosedur tertentu.
b. Tariqah : di sini diartikan sebagai kehidupan jama’ah yang mengikuti aliran tasawuf yang sama.
c. Ijazah : dalam penelitian irfaniah, kehadiran guru sangat penting. Guru membimbing murid dari tahap yang satu ke tahap yang lain. Pada tahap tertentu, guru memberikan wewenang (ijazah) kepada murid.
Epistemologi ‘irfani diharapkan menjembatani sekaligus menghindari kekakuan (rigiditas) dalam berfikir keagamaan yang menggunakan teks sebagai sumber utamanya. Dengan peran dan fungsinya, epistemologi ‘irfani dalam pemikiran Islam menjadi mekanisme kontrol perimbangan pemikiran dari dalam. Memang, perpaduan antara “teks” dengan “akal” ternyata tidak selamanya berjalan baik den sesuai harapan. Dalam kondisi ini, perpaduan ini ternyata juga membawa dampak yang kurang produktif, baik berupa ketegangan, konflik, dan bahkan dalam batas-batas tertentu dalam bentuk kekerasan.
Berbeda dengan kedua epistemologi sebelumnya, sumber epistemologi ‘irfani adalah intuisi. Karena menggunakan intuisi ini, maka status keabsahannya acapkali digugat, baik oleh tradisi bayani maupun burhani. Epistemologi mempertanyakan keabsahannya karena dianggap tidak mengindahkan pedoman-pedoman yang diberikan teks. Sementara epistemologi burhani mempertanyakan keabsahannya karena dianggap tidak mengikuti aturan dan analisa logika.
Sumber terpokok epistemologi ‘irfani adalah pengalaman (eksperince). Pengalaman hidup sehari-hari yang otentik merupakan pelajaran yang tidak ternilai harganya. Ketika manusia menghadapi alam semesta yang cukup mengagumkan, dalam lubuk hatinya yang terdalam telah dapat mengetahui adanya Dzat Yang Maha Suci dan Maha segalanya. Untuk mengetahui Dzat Yang Maha tersebut, manusia tidak perlu menunggu turunnya teks.
Validitas kebenaran ‘irfani hanya dapat dirasakan dan dihayati secara langsung oleh intuisi dan al-dhauq. Sekat-sekat formalitas lahiriah yang diciptakan tradisi bayani maupun burhani, baik dalam bentuk bahasa, agama, ras, etnik, kulit, golongan, kultur, dan tradisi, yang ikut andil merenggangkan hubungan interpersonal antar umat manusia, hendak dipinggirkan oleh tradisi berfikir orisinal ‘irfani.

Ditinjau dari sisi metode, ‘irfani yang dikembangkan terutama oleh kalangan sufi ini menggunakan metode penegtahuan illuminasi (kasyf). Kasyf adalah uraian tentang apa yang tertutup bagi pemahaman yang tersingkap bagi seseorang, seakan ia melihat dengan mata telanjang. Selain itu, kasyf  juga diartikan sebagai penyingkapan atau wahyu. Ia merupakan jenis pengalaman langsung yang lewat pengalaman tersebut, pengetahuan tentang hakiki diungkapkan pada hati sang hamba dan pecinta.

Model Berfikir Irfani Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan bijak dan bahasa yang santun. NO SARA !