Tasawuf Merupakan
Kebutuhan Manusia
Ustadz
abas mahmud al-‘aqad mengatakan se-bagian orang ada yang menduga bahea tasawuf
dengan pecahan-pecahanya merupakan turats (peninggalan) terdahulu yang disisa
siakan. Akan tetapi setiap hari bahkan besok pun mereka mengetauai bahwa dalam
hidup manusia membutuhkan tasawuf dalam berbagai aspeknya walau hanya dalam
sehari saja. Latihan jiwa merupakan kebutuhan primer, seperti hanya latihan
fisik. Tasawuf juga termasuk yang dibutuhkan manusia pada masa kontemporer
tasawuf merupakan liberalisasi atau pelepasan tali kekang manusia moderen dari
tanganya. Dengan tasawuf manusia tidak akan cukup waktu sehari untuk menyiasati
tubuh dari berbagai tantangan dan kesulitan atas kemauan dan kerelaan diri sendiri,
dan untuk orang lain.
Dulu
orang berkalbu waspada merasa jenuh dengan kondisi sosialnya, lalu
menghijrahkanya ke tempat pertapaan agama. Pada masa modern, sebagian orang di
barat merasa jenuh dengan ulahnya masyarakat, lalu kepada mereka diberi proteksi
filsafat eksistensialisme agar menjadi tempat bernaung setiap individu. Ketika
tradisi kesewenang-wenangan masyarakat menyerbu setiap individu ia berupaya
melepaskan tali kekangan. Terkadang membolehkan segala hal (free will)
terkadang juga mengasingkan perasaa hati nurani.
Akan
tetapi islam membukakan kepada hati setiap nidividu jalan ruhani menuju tuhan/maslak yang luas bukan kerahiban (rahbaniyah) dan bukan pula
eksistensialisme (wujudiyah). Dalam islam ada standar nilai baik dan buruk. Bagi
setiap individu didirikanya tempat pertapaan di kedalam dirinya yang tak
memiliki batas selain batasan-batasan alam. Pada masa kejayaan islam, telah
tumbuh berkembang banyak pelopor sufi yang pemikir lagi pengajar yang tidak
akan tertadingi oleh generasi sesudahnya di segala zaman, baik dalam jumlah
maupun kedalam ilmunya.
Kehampaan Spiritual
Akibat
dari terlalu menggunakan rasio, manusia moderen mudah dihinggapi penyakit
kehampaan spiritual. Kemajuan yang pesat dalam lapangan ilmu pengetahuan dan
filsafat rasionalisme abad ke-18 dirasakan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan fital yang hanya
bisa di gali dari sumber wahyu ilahi. Dengan demikian, apabila mereka ingin
mengakhiri kesesatan yang mereka timbulkan sendiri lantaran sering dilupakanya
dimensi-dimensi keilahian, maka mau tidak mau pandangan serta sikap hidup keagamaan
harus dihidupkan kembali kepada mereka.
Kondisi
manusia moderen sekarang ini karena mengabaikan kebutuhan yang paling mendasar
dan yang bersifat spiritual, maka mereka tidak bisa menemukan ketentraman
batin,, yang berarti tidak ada keseimbangan batin. Keadaan ini akan semakin parah apabila
tekannya pada kebutuhan materi kian meningkat, sehingga keseimbangan akan
semakin menaik, singkatnya manusia moderen membutuhkan agama untuk mengobati
krisis yang dideritanya. Karena salah satu fungsi agama adalah untuk membimbing
jalan hiduo manusia agar lebih baij dan selamat, baik di dunia maupun
diakhirat.
Tasawuf Sebagai Terapi
Omar Alishah dalam
bukunya “Tasawuf Sebagai Terapi” menawarkan cara Islami dalam pengobatan
gangguan kejiwaan yang dialami manusia, yaitu dengan cara melalui terapi sufi.
Terapi tasawuf bukanlah bermaksud mengubah posisi maupun menggantikan tempat
yang selama ini di dominasi oleh medis, justru cara terapi sufi ini memiliki
karakter dan fungsi melengkapi. Karena terapi tasawuf merupakan terapi
pengobatan yang bersifat alternatif. Tradisi terapi di dunia sufi sangatlah
khas dan unik. Ia telah dipraktekkan selama berabad-abad lamanya, namun anehnya
baru di zaman-zaman sekarang ini menarik perhatian luas baik di kalangan medis
pada umumnya, maupun kalangan terapis umum pada khususnya. Karena menurut Omar
Alisyah, terapi sufi adalah cara yang tidak bisa diremehkan begitu saja dalam
dunia terapi dan penanganan penyakit (gangguan jiwa), ia adalah sebuah
alternatif yang sangat penting.
Tradisi sufi (tasawuf)
sama sekali tidak bertujuan mengubah pola-pola terapi psikomodern dan terapi
medis dengan terapi sufis yang penuh dengan spiritual, sebaliknya apa yang
dilakukan Omar justru melengkapi dan membatu konsep-konsep terapi yang telah
ada dengan cara mengoptimalkan peluang kekuatan individu seseorang untuk
menyembuhkan dirinya, beberapa tehnik yang digunakan Omar Alishah dalam upaya
terapeutik yang berasal dari tradisi-tradisi tasawuf antara lain yaitu tehnik
“transmisi energi dan tehnik metafor”. Dengan demikian, terapi tasawuf atau
sering juga disebut dengan penyembuhan sufis adalah penyembuhan cara islami
yang dipraktekkan oleh para sufi ratusan tahun lalu. Prinsip dasar penyembuhan
ini adalah bahwa kesembuhan hanya datang dari Allah Yang Maha penyembuh,
sedangkan para sufi sebagai terapis hanya bertindak sebagai perantara.
Masyarakat modern
adalah masyarakat yang cenderung sekuler. Hal ini dapat ditandai dengan adanya
hubungan antar anggota masyarakat tidak lagi atas dasar persaudaraan dan
tradisi, akan tetapi sudah terkontaminasi dengan kehidupan fungsionalis dan
pragmatis, mereka hidup dengan konteks kenyataan individualistis. Masyarakat
modern sangat membutuhkan tasawuf, baik dalam kehidupan social, politik,
pendidikan, dan aqidah. Karena kehidupan masyarakat modern banyak dilanda oleh
problem-problem yang sangat komplek yang hamper tidak ada terapinya kecuali
terapi sufistik.
Tasawuf Dalam Pendidikan
Akhir-akhir ini banyak terjadi tawuran pelajar dimana-mana, terutama pada
sekolah-sekolah umum maupun perguruan tinggi yang berakibat membuat kesan yang
kurang baik dalam dunia pendidikan kita, maka dalam hal ini ajaran tasawuf
hendaknya juga diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan, sehingga jiwa-jiwa
mereka dapat terpengaruh oleh ajaran-ajaran tasawuf tersebut. Oleh karena itu,
pendidikan pesantren dalam hal ini menjadi penting untuk terus ditumbuh
kembangkan.
Keberadaan pesantren dan proses perkembangannya hingga menjadi warisan dari
generasi ke generasi yang mampu menanamkan nilai-nilai ruhani yang sangat ideal
pada generasi berikutnya yang hingga kini masih dapat kita rasakan. Oleh karena
itulah, wajar kalau sekarang pesantren-pesantren tersebut tetap eksis
ditengah-tengah masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan bijak dan bahasa yang santun. NO SARA !