Catatan dari orang kecil

support

21 Apr 2011

Tanggung Jawab Sosial Tasawuf di Masa Modern

Tanggung Jawab Spiritual

tgjsufi-nging

Husen Nasr dalam "Islam and tha Pligh of Modern Man" menyatakan bahwa akibat masyarakat modern yang mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan mereka berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, bergerak menjauh dari pusat, sementara pemahaman agama yang berdasarkan wahyu mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan sekuler. Masyarakat yang demikian adalah masyarakat Barat yang dikatakan the Post Industrial Society telah kehilangan visi keilahian (Komaruddin).
Kehilangan visi keilahian ini bisa mengakibatkan timbulnya gejala psikologis, yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat nasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan vital yang hanya bisa digali dari sumber wahyu Ilahi.
Melihat gejala manusia modern yang penuh problema tersebut, Husen Nasr, seorang ulama' Iran menawarkan alternatif terapi agar mereka mendalami dan menjalankan praktek tasawuf. Sebab tasawuflah yang dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan spiritual mereka. Dalam pandangan tasawuf, penyelesaian dan perbaikan keadaan itu tidak dapat tercapai secara optimal jika hanya dicari dalam kehidupan lahir. Dalam tasawuf terdapat prinsip-prinsip positif yang mampu mengembangkan masa depan manusia, seperti introspeksi (muhasabah) baik dalam kaitannya dengan masalah-masalah vertikal maupun horizontal, kemudian meluruskan hal-hal yang kurang baik.

Tanggung Jawab Etik


Sebagai akibat modenisasi dan industrialisasi, kadang manusia mengalami degradasi moral yang dapat menjatuhkan harkat dan martabatnya. Kehidupan modern seperti sekarang ini sering menampilkan sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji, terutama dalam menghadapi materi yang gemerlap ini. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut adalah al-hirsh, al-hasud dan riya'. Cara menghilangkan sifat-sifat tersebut ialah dengan mengadakan penghayatan atas keimanan dan ibadahnya, mengadakan latihan secara bersungguh-sungguh, berusaha merubah sifat-sifatnya itu dengan mencari waktu yang tepat.
Memang diakui oleh para ahli tasawuf, bahwa manusia dalam kehidupanmya selalu berkompetisi dengan hawa nafsunya yang selalu ingin menguasainya. Agar hawa nafsu seseorang dikuasai oleh akal yang telah mendapat bimbingan wahyu, maka dalam dunia tasawuf diajarkan berbagai cara, seperti riyadhah (latihan) dan mujahadah (bersungguh-sungguh) sebagai sarana untuk melawan hawa nafsunya tadi. Cara pembinaannya melalui tiga tahapan, yakni tahap pembersihan dan pengosongan jiwa dari sifat-sifat tercela (takhalli), tahap kedua ialah penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji (tahalli) dan ketiga tercapainya sinar Ilahi (tajalli).

Tanggung Jawab Politik

Tasawuf pada masa sekarang tidak lagi menjauhi kekuasaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi klasik. Akan tetapi tampil di tengah-tengah percaturan politik dan masuk ke dalam "kekuasaan". Sebab menjauhinya menunjukkan ketidakberdayaan dan kelemahan. Apabila pada masa klasik ada fatwa untuk menjauhi dan bersikap oposan terhadap kekuasaan, hal itu sedikit bisa dibenarkan karena kekuasaan pada waktu itu bersifat individual, sementara itu kini kekuasaan bersifat kolektif.

Tanggung Jawab Pluralisme Agama

Satu hal lain yang menjadi kenyataan masyarakat dunia adalah masyarakat majemuk (plural), yakni masyarakat yang beraneka ragam, baik agama, suku, daerah, adat istiadat, maupun yang lainnya. Pluralitas masyarakat modern dipandang sebagai sesuatu yang wajar, sebab telah menjadi sunnatullah, tidak ada hidup tanpa pluralitas dalam arti antar umat. Dan dalam pengertian yang sudah luas lagi, pluralitas dalam berbagai bidang pun tidak bisa dipungkiri lagi, seperti ras, suku, watak, dan sebagainya. Di sini tasawuf akan melihat hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang berasal-usul satu, yakni Adam a.s.
Khusus mengenai pluralitas agama, disebutkan dalam al-Qur'an bahwa kebenaran universal yang tunggal bagi semua ajaran agama ialah prinsip tauhid, yaitu pengesaan Tuhan dan kesatuan umat (Q.S. al-Anbiya' : 92). Prinsip inilah yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul Allah SWT. Karena prinsip ajaran mereka sama, maka para pengikut semua Nabi dan Rasul itu adalah umat yang satu atau tunggal. Dengan kata lain, konsep kesatuan dasar ajaran membawa konsep kesatuan kenabian dan kerasulan, kemudian membawa kepada kesatuan umat yang beriman. Konsep tauhid mempunyai implikasi praktis dalam bermuamalah, yakni keharusan menyadari adanya berbagai perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu sebenarnya tidak perlu dipertentangkan, akan tetapi diambil makna positifnya yang dalam al-Qur'an dinyatakan agar dijadikan alat pembeda dan justru dengan itu akan mudah mengenal satu sama lain dengan identitas yang dimilikinya.

Tanggung Jawab Intelektual



Tuntutan yang muncul dari akibat modernisasi dan industrialisasi tersebut, ialah pengembangan kemampuan intelektual muslim sehingga memiliki kemampuan dialogis dan fungsional terhadap perkembangan IPTEK. Secara epistimologis tasawuf memakai methode intuitif, yang pada abad ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dan rasionalisme dan empirisme dan membantunya untuk melakukan terobosan baru dalam berbagai hal.
Diakui bahwa intuisi itu berbeda, karena akal maupun indera merupakan insturmen yang lebih berkompeten untuk menghadapi obyek-obyek materi serta hubungan-hubungan kuantitatif. David Truebood menjelaskan, paling tidak ada tiga hal yang harus dipenuhi agar kebenaran pengetahuan intuitif ini dapat diterima, di antaranya :
·         Moralitas subyek
·         Akal sehat
·         Keahlian subyek secara tepat.
Jika demikian, maka tasawuf bukan lagi menjadi tempat pelarian bagi sementara orang, namun merupakan suatu keniscayaan yang sungguh perlu diperhatikan oleh semua orang. Dan ketika itu, tasawuf akan eksis di tengah-tengah percaturan dunia modern. Dan di sinilah letak peranan dan tanggung jawab sosialnya. Proses modernisasi, yang dijalankan oleh dunia barat sejak zaman renaissanse, di samping membawa dampak positif, juga telah menimbulkan dampak negatif. Dampak positfnya, modernisasi telah membawa kemudahan-kemudahan dalam kehidupan manusia. Sementara damapk negatifnya, modernisasi telah menimbulkan krisis makna hidup, kehampaan spiritualisasi dan tersingkirnya agama dalam kehidupan manusia.
Krisis peradaban moderen bersumber dari penolakan terhadap hakikat ruh dan penyingkiran ma’nawiyah secara gradual dalam kehidupan manusia. Manusia moderen mencoba hidup dengan roti semata, mereka bahkan berupaya membunuh tuhan dan menyatakan kebebasan dari kehidupan akhirat. Konsekwensi lebih lanjut dari perkembangan ini kekuatan dan daya manusia mengalami eksternalisas. Dengan eksternalisasi in manusia kemudian menaklukan secara tanpa batas dan alam dipandang tak lebih dari sekedar obyek dan sumberdaya yang perlu dimanfaatkan dan di eksploitasi semaksimal  mungkin. Manusia moderen memperlakukan alam sama dengan pelacur, mereke menikmati dan mengeksploitasi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan rasa tanggung jawab apapun. Inilah yang menyebabkan krisis di dunia modern, tidak hanya krisis dalam kehidupan spiritual tetapi juga dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Akibat dari fenomena diatas, masyarakat barat yang telah mencapai tingkat kemakmuran materisedimikian rupa dengan perangkat teknologi yang serba mekanisme dan otomatis.  Bukan semakin mendekati kebahagian hidup melainkan semakin kian di hinggapi rasa cemas justru akibat kemewahan hidup yang diraihnya. Mereka talah menjadi ilmu dan teknologi, sehingga tanpa disadari integritas kemanusianya tereduksi, lalu terperangkap pada jaringan sistem rasinalitas teknologi yang sangat tidak humanitatis. Mereka  merasa cukup dengan perangkat ilmu teknoogi semantara pemikiran dan pemahaman keagamaan yang bersumbur pada ajaran wahyu dan ditinggalkan. Dengan ungkapan lebih populer, masyarakat Barat telah memasiki post crisian era dan berkembangkah paham sekulerisme. Agar manusia modern dapat keluar dari krisis ini manusia harus kembali kepusat eksistensi lewat latihan spiritual dan pengamalan ajaran agama.

Tanggung Jawab Sosial Tasawuf di Masa Modern Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan bijak dan bahasa yang santun. NO SARA !